Yakinkah Bunda Internet Aman Untuk Buah Hati Bunda?



Hai readers sekalian, sebelum memulai artikel ini aku ingin menyampaikan Selamat Hari Anak Nasional untuk semua anak - anak bangsa di Indonesia. Anyway  sudah pada tahu belum bahwa pada hari ini tanggal 23 July merupakan Hari Anak Nasional? Hayo yang belum tahu, ngacung aku strap di lapangan sekolah ya mumpung senin ini pas upacara bendera ^o^. (*psst anak sekolah sekarang masih ada upacara bendera tidak ya tiap senin? -- beneran nanya)

Oke dalam tulisan aku kali ini, aku mencoba sedikit berbagi atau sharing aja ya, terkait dunia anak - anak "generasi Z sampai dengan Alpha" masa kini. Yang mana mungkin sebenarnya aku kurang pantas menyampaikan karena memang aku belum pernah mengalami capeknya menjadi orang tua, jadi melalui tulisan ini bukan bermaksud menghakimi para orangtua yang membaca tulisan ini, hanya karena dorongan hati yang mengkhawatirkan perkembangan anak - anak semua. Jadi boleh lah ya aku sedikit berbagi dalam tulisan aku kali ini terkait Yakinkah Bunda (*dan Ayah) bahwa internet yang selama ini digunakan telah aman untuk Buah Hati anda sekalian. Yap tulisan ini aku tujukan untuk para Ayah Bunda yang mungkin masih ada yang cenderung meremehkan dunia internet. Agak miris sebenarnya ketika perubahan dunia dan kemajuan teknologi yang sangat pesat akhir - akhir ini kurang diikuti dengan pengetahuan yang seimbang.

Berikut adalah beberapa cerita nyata dampak tidak langsung internet maupun dampak langsung internet yang pernah aku temui dari berbagai keluarga :


1. Kejadian : Si Ayah sedang asyiknya main sebuah game online di gadgetnya yang bertajuk perkelahian fisik. Dan Si Anak yang masih berusia 8 tahun mengamati si Ayah yang sedang bermain dalam diam, parahnya karena si Ayah sedang asyik dengan game nya, si Ayah tidak sadar disana ada anaknya yang sedang mengamati.
Pertanyaan aku : Pernahkan anda sadari kira - kira apakah anak anda benar paham bahwa game itu semua adalah permainan dan hanya fiktif belaka? Pernahkan anda mendengar terdapat kasus anak berusia belia yang berkelahi dengan temannya sampai meninggal lantaran anak tersebut menirukan gerakan dari sebuah game? 

2. Kejadian : Si Bunda sedang asyik dengan arisannya di grup chatting, dan ketika si Anak yang balita mulai merengek karena lapar pada Bunda nya, kemudian si Bunda karena keasyikan dia berkata "Bentar ya nak sabar" dan sampai anaknya merengek berkali - kali pun tak digubris sampai si Anak menangis, barulah Bunda itu bergerak.

Gambar Ilustrasi dari scarymommy.com

Pertanyaan aku: Sadarkah Ayah Bunda bahwa kejadian ini telah menanamkan di alam bawah sadar anak anda bahwa ketika kita dipanggil oleh seseorang kita tidak harus langsung merespon? Mungkin nanti hasilnya ketika anda berkata pada anak anda "Nak ayo kemari bantu Bunda" kemudian anak anda akan bereaksi "Sebentar ya Bunda"

3. Kejadian : Si Anak baru masuk kelas VII atau SLTP, anak ini memiliki akun pribadi Facebook. Rupanya si Anak ini baru saja pindah sekolah lantaran di sekolahnya yang lama dia mengalami bullying. Dan suatu ketika dia memasang status yang kira - kira isinya dia menceritakan bahwa dia awalnya senang berada di sekolah barunya dan kemudian dia memiliki kekhawatiran karena ternyata di sekolah baru tersebut juga ada temannya yang pernah membully dia di sekolah lama. Dan mirisnya pada salah satu comment distatus facebook tersebut ada yang menulis "kalau berulah lagi, damprat saja anak sama ortunya". Dan yang menulis komentar tersebut adalah orang yang telah berusia dewasa, entah mungkin masih keluarga jauhnya yang tidak sadar bahwa di seberang sana yang membaca komentarnya adalah keluarganya yang masih anak - anak.
Pertanyaan aku: Pantaskah seorang dewasa memberi saran seperti itu untuk anak seusia kelas VII? Dan apakah Ayah Bunda menyadari kemungkinan seperti ini bisa saja terjadi pada akun buah hati anda sekalian?

4. Kejadian : Si Anak sulung kelas V bermain sebuah game online bersama adik bungsunya yang berada di TK B. Dan sebenarnya game tersebut sudah berusaha melindungi anak - anak dengan memberi fitur pilihan untuk mencentang "pengaturan" untuk pilihan anak dibawah 16 tahun. Sayangnya, kedua anak ini memilih mencentang pada bagian diatas 16 tahun. Seperti mayoritas game online terdapat fitur chat disana. Dan didalam chat terdapat berbagai chat dari lawan main disana diantaranya "What the f*ck?" atau "Stup*d" atau berbagai makian dari lawan main yang berasal dari berbagai usia dan berbagai negara.
Pertanyaan aku : Sadarkah Ayah Bunda bahwa di dunia nyata ketika kita menemukan ada orang memaki di depan anak kita apa reaksi kita? Bagaimana jika anak anda mempelajari makian / umpatan dari game2 semacam ini? Bagaimana jika tidak hanya sekedar makian dan umpatan yang diterima anak kita dari game tetapi mungkin hal lain seperti gambar yang tidak seusianya atau pertemanan dengan maksud buruk diluar game?

5. Kejadian : Seorang anak yang bermain game online dan mencuri - curi menggunakan kartu kredit orang tuanya untuk membeli content berbayar pada game, dan sampai akhirnya tagihan pada kartu kredit membengkak dan pada saat jatuh tempo betapa kaget orang tuanya mendapati tagihan yang membengkak tersebut.
Pertanyaan aku : Tahukah Ayah Bunda bahwa buah hati anda mungkin juga bisa sepintar itu mencari berbagai cara untuk membeli content berbayar pada game?

Mungkin sebenarnya 5 cerita di atas hanyalah contoh kecil yang coba aku tunjukkan dari sekian kasus yang terjadi. Tetapi setidaknya semoga 5 contoh diatas bisa mewakili berbagai kasus lain yang pernah terjadi dan kembali bisa mengingatkan kepada Ayah Bunda untuk lebih waspada dan mengawasi perkembangan buah hati. 

Lalu apa yang harus Ayah Bunda lakukan sebaiknya? 
Berikut ini beberapa tips dari aku, tanpa bermaksud menggurui dan semoga bermanfaat, karena kita sesama belajar ya :

1. Ubah Cara Berpikir Ayah Bunda terkait :

> Lingkungan Sosial Anak

Yah pertama kali yang harus Ayah Bunda sadari adalah memang mengubah cara berpikir kita. Pemikiran bahwa lingkungan kehidupan anak - anak saat ini hanyalah masa anak - anak yang akan terlewatkan begitu saja sangatlah kurang tepat. Pembentukan karakter dimulai dari masa anak - anak. Ini benar - benar point penting, jangan pernah menyamakan jaman kita kecil dahulu dengan anak sekarang. Apakah anak kita bermain rujak - rujakan, congklak, kelereng, lompat tali seperti kita dahulu, tidak bukan, dan apakah jaman kita dahulu ketika bermain mainan tersebut kita bermain dengan orang dewasa yang mungkin dengan percakapan yang tidak pantas untuk usia anak - anak? Game pada gadget tidak sepenuhnya bisa disamakan dengan permainan tradisional.

> Kemampuan Anak

Seringkali banyak Ayah Bunda menganggap seperti pada kejadian no 4 diatas "Kan anak saya tidak mahir bahasa inggris, jadi seharusnya tidak tahu artinya apa?" Dan apa yang terjadi ketika tiba - tiba di kehidupan nyata anak anda menyeletukkan kata tersebut kepada temannya, biasanya sih yang aku sering temui adalah Ayah Bunda akan spontan memarahin si Anak bahwa kata - kata tersebut tidak pantas tanpa mengorek lebih dalam darimana anak mengenal kata - kata tersebut. Mungkin kasusnya bisa tidak hanya terkait bahasa, mungkin seperti kejadian no 5. Dan banyak hal lain tentunya. Anak jaman sekarang itu pintar - pintar lho, ya bagaimana mau tidak pintar, kalau mungkin Ayah Bunda flashback vitamin apa saja yang sudah diberikan ke anak - anak sejak dalam kandungan banyak bukan? Dan tentunya tidak sebanyak vitamin yang kita terima jaman kita didalam kandungan dan sampai lahir, benar bukan? Kemampuan penyerapan anak didalam masa pertumbuhannya sangatlah jauh lebih tinggi daripada dewasa. Jadi lebih waspada akan lebih baik.

2. Kurangi Aktifitas di Gadget, Perbanyak Aktifitas Fisik

Gambar Ilustasi Anak Bermain Pasir
Ini point paling rawan dan paling susah dilaksanakan mungkin ya kalau aku banyak menerima cerita dari teman - teman aku yang telah menjadi Ayah Bunda,hahaha.. Tak apalah berusaha sebisa mungkin dari Ayah Bunda sendiri mengurangi, jangan seperti kejadian no 2 ya hehehe, dan kemudian diterapkan ke anak - anak. Bisa diganti dengan mainan sederhana semisal tebak - tebakan, jalan - jalan di taman, dan banyaklah lainnya, coba di cek deh di internet banyak kok referensinya. Mau tidak mau memang anak itu harus ditemani kok alangkah lebih baik melewatkan waktu bersama ketimbang mereka bersama dengan gadgetnya. Dan ingat hati - hati ketika Ayah Bunda sendiri yang mungkin bermain game atau bersocial media, jangan keblinger hati - hati, sebisa mungkin tidak di depan anak - anak.  Kalau ternyata anak anda di samping sedang melihat anda bermain, usahakan tetap komunikasi 2 arah. Beri penjelasan sesuai usianya, minta pendapatnya tentang apa yang dilihat dan berikan nasehat positif jika pendapatnya salah.

3. Awasi akun Social Media Anak

> Sebisa mungkin sebenarnya hindarkan anak dari akun Social Media
Akan tetapi jika hal ini tidak memungkinkan, maka pantau terus social media anak. Pantau disini adalah dengan berkomunikasi 2 arah ya, jadi jangan juga mengekang, biarkan mereka berkreasi sesuai bakatnya dan usianya. Apa yang mereka tuliskan, apa yang mereka unggah, ajak terlebih dahulu mereka berdikusi dengan anda apakah unggahan tersebut berbahaya atau tidak, bermanfaat atau tidak.  
> Pantau setiap komentar yang diterima pada akun anak anda. Jika ada komentar negatif yang menurut anda tidak cocok untuk usianya maka hapuslah komentar tersebut dan sampaikan ke anak alasan anda menghapus dengan penjelasan yang bisa mereka terima. 
> Dan jika komentar negatif seringkali diterima dari orang yang sama berulang, dan anda mengenal orang tersebut, ajaklah komunikasi orang tersebut, jelaskan bahwa anak anda masih usia dini yang tidak sepantasnya menerima komentar kurang baik, jika tidak memungkinkan tidak ada salahnya anda memblokir akun tersebut.
> Ikut membuat akun social media yang sama dengan yang anak anda buat. Dengan ikut membuat anda akan lebih tahu dimana mungkin letak kelemahan yang perlu diwaspadai yang mungkin kurang cocok untuk usia anak anda.
> Awasi riwayat pencarian. Yap di social media kita juga bisa mencari informasi apapun dengan menggunakan hashtag, maka selalu waspadai pada riwayat pencarian yang dilakukan anak bunda.
> Biasanya 1 akun sosial media memungkinkan untuk login melalui beberapa gadget, nah akan lebih memudah memantau jika ayah bunda juga login di gadget ayah bunda dengan akun anak anda.
> Sebenarnya oleh pembuatnya, semua akun social media memiliki batasan minimal usia, tetapi sangat disayangkan banyak sekali orang tua mengabaikan hal tersebut dan malahan sengaja merubah tahun lahir anak supaya bisa memiliki social media.
> Perlu Ayah Bunda ketahui saat ini social media itu bisa menjadi sangat jahat untuk anak kita, bagaimana tidak jika dahulu berita di koran, televisi memiliki sangat banyak penyaringan untuk menjadi layak sebagai tontonan publik, sedangkan saat ini siapa saja bisa menyebarkan berita apapun di social media. Apa yang terjadi jika anak anda melihat unggahan tentang kecelakaan berdarah - darah, video kekerasan, pelecehan, pornografi dan banyak sekali hal negatif lainnya. Anak anda bahkan bisa trauma atau malah mungkin bisa meniru lho. 

4. Awasi Game Online yang dimainkan Anak

> Awasi setiap game yang dimainkan Anak anda, biasakan mengajaknya berdiskusi tentang apa yang sedang dimainkan, diskusi ini penting untuk kita mengetahui sampai dimana tingkat pengetahuan anak kita.
Sama halnya dengan social media, ikut memainkan game yang sama dengan yang dimainkan anak anda akan sangat membantu, karena anda bisa tahu betul apa saja kemungkinan yang bisa terjadi di dalam game tersebut.

Gambar Ilustrasi Menemani Anak Bermain

> Awasi setiap pengaturan yang ada pada pada game online, jika terdapat pengaturan untuk pemfilteran usia maka aturlah.
> Beri pemahaman yang jelas dari setiap game yang dimainkan anda. Beri contoh real di dunia nyata, dan beri penjelasan mana yang hanya untuk di dalam game dan mana yang boleh di dunia nyata, tentunya jelaskan juga alasannya.
> Sebisa mungkin jangan menggunakan uang di dalam game. Menurut pandangan aku pribadi membeli content di dalam game dengan uang sifatnya sama seperti judi dan membuat kita ketagihan. Jadi ketika anak anda mulai meminta uang untuk membeli content dalam game, maka beri penjelasan alasan untuk tidak menggunakan uang.
> Awasi setiap pertemanan yang bisa terjadi melalui game. Ayah Bunda juga harus banyak - banyak cari ya di mesin pencarian seperti Goggle apakah kata - kata yang muncul di chat game oleh pemain di sebrang sana layak untuk konsumsi anak, sering aku menemui ternyata Ayah Bunda tidak tahu bahwa kata - kata tertentu merupakan kata makian di negara lain.
> Sama halnya seperti Social Media, banyak juga game online yang mengharuskan pemainnya memasukkan usia dan akan muncul peringatan jika melanggar usia. Kembali ke kasus diatas rata - rata Ayah Bunda juga tidak terlalu ambil pusing dan mengabaikan.

5. Banyak membaca dan Banyak berbagi atau Sharing

> Bagaimanapun caranya banyaklah membaca ya Ayah Bunda supaya kita bisa mempersiapkan yang terbaik untuk anak kita, jangan sampai kita kecolongan hanya karena kita tidak paham. Saat ini apa saja bisa kita cari di mesin pencarian, jadi sering lah mencari tahu apa saja kemungkinan yang bisa terjadi di dalam social media dan game.
> Jika ternyata anak anda kedapatan melakukan aktifitas online yang mencurigakan dan ternyata anda tidak berhasil mendapatkan info dari orang lain, maka tidak ada salahnya tanyakan langsung ke anak anda, apa yang sedang mereka lakukan. Hal ini lumrah terjadi saat ini ketika anak lebih pintar dalam dunia per teknologian daripada orang tua. Ketika anak anda selesai menceritakan maka berilah masukan yang bijak jika seandainya yang mereka lakukan adalah kurang tepat, tentu sekali lagi dengan alasan yang bisa diterima.
> Banyak berbagi atau sharing atau banyak berkomunikasi tetap adalah kunci utamanya. Biasakan anak untuk bisa menceritakan apapun kepada orang tua apa yang mereka alami atau lakukan, setia menjadi pendengar yang baik bagi anak akan tetap menjadi jalan terbaik.

Semoga apa yang aku bagikan diatas turut memberi sedikit sumbangsih untuk Hari Anak Nasional, sekaligus sebagai panduan untuk diri sendiri kelak nanti ketika aku menjadi orang tua. Tentunya tulisan ini banyak sekali kekurangan, karena disampaikan berdasarkan pengamatan aku yang senang berketut di dunia teknologi. 
Sekiranya ada masukan dari para pembaca silahkan disampaikan, terimakasih semuanya.


Posting Komentar

0 Komentar